Kamis, 28 Juli 2011
Sabtu, 23 Juli 2011
Menengok Bank Sampah di Balla Parang
Laporan : Tim Motivator
SORE, pukul empat (22/07/2011). Di pemukiman pemulung, ORW Empat, Kelurahan Balla Parang, Kecamatan Rappocini, Makassar. Orang-orang berkumpul di depan rumah mereka. Pada beranda, tiangnya bersandar di rumah dekil beratap rumbia, ibu-ibu mengurai rambut anaknya. Ibu-ibu itu seperti berlomba mencari kutu yang semalam mengusik tidur mereka. Tersenyum, iya, mereka tetap tersenyum. Dan pada matanya menyiratkan kedamaian. Kami menyebut kedamaian. Lantaraan senyum dan tatapan itu tampak tulus sekali. Tidak terlihat desiran curiga seperti sebagian sorot mata di luar sana. Padahal boleh jadi, semalam, kutu berlarian di kulit kepala anak-anak mereka. Belum lagi kerumunan nyamuk berdenging-denging dan barangkali membuat mimpi-mimpinya buyar lantaran ada air got menghitam di tengah pemukiman itu yang boleh jadi tempat nyamuk bersarang.
SORE, pukul empat (22/07/2011). Di pemukiman pemulung, ORW Empat, Kelurahan Balla Parang, Kecamatan Rappocini, Makassar. Orang-orang berkumpul di depan rumah mereka. Pada beranda, tiangnya bersandar di rumah dekil beratap rumbia, ibu-ibu mengurai rambut anaknya. Ibu-ibu itu seperti berlomba mencari kutu yang semalam mengusik tidur mereka. Tersenyum, iya, mereka tetap tersenyum. Dan pada matanya menyiratkan kedamaian. Kami menyebut kedamaian. Lantaraan senyum dan tatapan itu tampak tulus sekali. Tidak terlihat desiran curiga seperti sebagian sorot mata di luar sana. Padahal boleh jadi, semalam, kutu berlarian di kulit kepala anak-anak mereka. Belum lagi kerumunan nyamuk berdenging-denging dan barangkali membuat mimpi-mimpinya buyar lantaran ada air got menghitam di tengah pemukiman itu yang boleh jadi tempat nyamuk bersarang.
Di antara deretan rumah yang dindingnya bocor-bocor terdapat tempat penampungan sampah. Orang-orang di sini menyebutnya bank sampah. Kardus bekas, gelas pelastik bekas, botol bekas, kertas bekas, dan lain-lain yang semuanya bekas. Sampah-sampah itu disimpan dalam tempat penampungan yang diberi sekat. Ada juga besi berkarat. Tidak bercampur dengan yang lainnya. Dan pada tiang bank sampah itu, terdapat sebuah karung besar warnanya putih penuh pelastik bekas yang siap jual. Sebentar lagi, pedagang sampah akan menjemput.
Patta Giling, Ketua ORW setempat, sedang mengamati penampungan sampah itu bersama istrinya. Penampungan sampah itu terbuat dari bambu yang dipoles cat kuning dan hijau. Atapnya terpal. “Penampungan sampah ini baru kami benahi,” kata Patta Giling, “dulu tempat ini memang dijadikan penampungan sampah oleh pengepul lalu kami membuatnya agak lebar dan memberi atap setelah mendapat stimulan dari Yayasan Unilever Indonesia.”
Kelurahan Balla Parang terpilih menjadi wilayah Kampung Pintar. Program yang konsentrasinya pada penguatan bank sampah. Program ini didampingi langsung oleh Yayasan Peduli Negeri Makassar. Karena itulah, pada penampungan sampah yang dibangun Patta Giling bersama pengepul-pengupul itu terpampang spanduk bertuliskan, “Bank Sampah Kampung Pintar ORW 4”.
Sebuah gerobak sampah yang juga berkarat. Rodanya karet dan pegangan yang dililit karet untuk dihela kedua lengan di depan. Gerobak itu sudah kosong. Tadi pagi, seorang anak pengepul mendorongnya keluar masuk lorong menjemput sampah di rumah-rumah warga. Menurut Patta Giling, hanya satu dua pengepul yang suka mendorong gerobak itu. Yang lain lebih suka menggendong karung karena leluasa melompat atau menyeberang got untuk memungut sampah.
Rasa-rasanya kami ingin mendengarkan cerita panjang lebar dari pengepul-pengepul itu setiap hari. Atau sekedar memendarkan pandang ke sekeliling pemukiman, mengamati aktivitas mereka berburu sampah. Tidak jauh dari tempat kami berdiri, bapak-bapak bertelanjang dada sibuk bercengkerama dengan anak-anaknya di depan rumahnya yang kumuh. Mereka bersenda gurau. Melepas lelah setelah sibuk mengumpulkan sampah. Mereka memang bergelut dengan sampah. Kami bersitatap. Lagi-lagi mereka memberi senyum.
Sebagian anak-anak pengepul itu tidak bersekolah. Seperti biasa, alasannya karena kurang biaya. Mereka lebih memilih membantu orang tuanya mencari sampah untuk dijual. Tentu saja sampah itu dijual untuk mendapatkan uang pembeli beras dan lauk untuk makan sekeluarga. Tapi sekali lagi, mereka tidak mengemis. Mereka bekerja. Mereka memeras peluh. Meski pun pekerjaannya mencari sampah. Tapi Mereka tidak menengadahkan tangan di tepi jalan sambil menggendong anak bayi yang menangis berharap iba dari orang-orang yang berkelebihan.
Begitulah dari hari ke hari pemulung sampah ini melakukan pekerjaannya. Di ORW Empat, sejak program Kampung Pintar berjalan geliat pemulung semakin tampak. Di depan rumah-rumah warga terdapat tempat pemilahan sampah yang selanjutnya dijemput oleh pemulung untuk di bawah ke tempat penampungan sampah sebelum akhirnya dijual kepada pedagang sampah. Yayasan Peduli Negeri akan mendampingi wilayah ini bersama sembilan kelurahan lain di Kota Makassar selama setahun lamanya. Mereka akan mendapat pembinaan tentang reduksi sampah. Maksunya, agar warga penghasil sampah sadar akan sampah dan bisa memilah sendiri sampah karena sesungguhnya sampah tidak selamanya menjadi sampah. Singkat kata, sampah bisa mengasilkan uang. (KP)
Sepuluh Wilayah Kampung Pintar Terima Stimulan
Kampung Pintar – Sepuluh wilayah Kampung Pintar di Kota Makassar telah menerima dana stimulan tahap pertama sebesar Rp. 3.000.000,- setiap kelurahan. Dana tersebut diterima oleh masing-masing Fasilitator Kelurahan (Faskel) Kampung Pintar di Kantor Yayasan Peduli Negeri (YPN), Jalan Kakatua, Makassar.
Sepuluh wilayah Kampung Pintar di Kota Makassar masing-masing Kelurahan Karang Anyar (RW 3), Ujungpandang Baru (RW 4), La’latang (RW 2), Tamamaung (RW 2), Kalukuang (RW 2), Lakkang (RW 2), Cambayya (RW 4), Pa’baeng-Baeng (RW 5), Bangkala (RW 8), dan Kelurahan Ballaraparang (RW 4). Rencananya, setiap kelurahan akan mendapat stimulan sebanyak Rp. 10.000.000,- dan diberikan secara bertahap (tiga kali).
Penyaluran dana tahap pertama ini dilakukan setelah semua wilayah menyetor kelengkapan administrasi seperti progres, SK kepengerusan Kampung Pintar, dan struktur pengelola bank sampah. Dana dari Yayasan Unilever Indonesia (YUI) ini diharapkan mampu mendukung suksesnya pelaksanaan program Kampung Pintar yang notabene baru pertama kali dilakasanakan di Kota Makassar.
Direktur Yayasan Peduli Negeri (YPN) Saharuddin Ridwan mengatakan, pihaknya akan terus memantau penggunaan dana yang telah disalurkan ke sepuluh wilayah. “Motivator kami akan memantau penggunaan dana yang disalurkan kepada sepuluh kelurahan itu (wilayah Kampung Pintar, red),” kata Saharuddin Ridwan.
Menurut Sahar, panggilan akrab Saharuddin Ridwan, konsentrasi penggunaan dana tersebut adalah penguatan bank sampah. “Konsentrasi awal kami adalah penguatan bank sampah yang merupakan pilar utama program Kampung Pintar, jadi kami berharap organisasi bank sampah yang terlibat di setiap kelurahan agar benar-benar menggunakan dana tersebut untuk hal-hal yang berkaitan dengan penguatan bank sampah,” ujarnya. (KP)
Kamis, 14 Juli 2011
Kesadaran Terhadap Nilai Ekonomis Sampah Masih Minim
Kampung Pintar – Yayasan Bina Mandiri bersama Yayasan Peduli Negeri melakukan kunjungan di sepuluh wilayah Kampung Pintar, belum lama ini. Dari kunjungan tersebut diketahui bahwa penanganan sampah rumah tangga di Kota Makassar dilakukan dengan cara memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Jenis sampah yang masih laku dijual ke pengepul. Sementara, sebagian masyarakat membuang langsung sampahnya ke kontainer.
Program Kampung Pintar tahun 2011 ini memfokuskan kegiatan pada penguatan bank sampah. Sampah-sampah tersebut nantinya akan dipusatkan di bank sampah ORW. Mekanismenya, semua sampah yang masih dapat digunakan akan dikumpulkan untuk kemudian dijual kepada pengepul atau pengrajin sampah daur ulang.
Dari kunjungan yang dilakukan selama dua hari itu ditemukan fakta bahwa masalah yang dihadapi masyarakat Makassar dalam penanganan sampah rumah tangga antara lain lokasi yang sempit yang mengakibatkan volume sampah yang bisa ditampung terbatas, kurangnya pengetahuan tentang nilai ekonomis sampah, kurangnya akses ke pembeli sehingga terkadang sampah yang telah dikumpulkan menumpuk dalam waktu lama.
Pemahaman yang ada selama ini bahwa minimnya inisiatif masyarakat untuk menangani permasalahan sampah karena mereka menganggap pekerjaan ini tidak menjanjikan dan merupakan tugas pemerintah kota. Paradigma lain adalah bahwa bila masyarakat membuang sampah pada tempatnya itu sudah cukup bagi mereka untuk berpartisipasi menjaga kebersihan. Mereka tidak pernah berusaha meminimalisir sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) dengan cara mengambil sampah yang bisa digunakan kembali.
Karena itu melalui progam Kampung Pintar, masyarakat akan diarahkan untuk mengadakan karung pilah untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, petugas bank sampah menjemput sampah yang telah dipilah dari warga untuk ditampung di bank sampah. Sampah yang terkumpul di bank sampah akan dijual ke pengepul atau pengrajin daur ulang. (Firman/KP)
Kamis, 07 Juli 2011
Supomo Himbau Camat dan Lurah Sukseskan Kampung Pintar
Kampung Pintar – Wakil Walikota Makassar, Supomo Guntur menghimbau seluruh jajaran pemerintah di sepuluh wilayah Kampung Pintar agar tetap bersinergi dengan Yayasan Peduli Negeri (YPN). Supomo Guntur menekankan pentingnya kerjasama yang baik semua pihak yang terlibat dalam program yang baru pertama kali dilaksanakan di Kota Makassar ini, termasuk bekerjasama dengan motivator dan fasilitator di tingkat kelurahan.
Hal tersebut diungkapkan Supomo Guntur saat membuka acara Development Fasilitator Program Kampung Pintar di ruang pola kantor walikota Makassar, Jumat (08/07). Menurut pemimpin yang dikenal peduli lingkungan ini, yang terpenting dalam menjalankan program Kampung Pintar adalah perhatian pemerintah mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan, bahkan hingga tingkat RT dan RW yang berasa pada wilayah binaan. “Yang saya inginkan adalah bagaimana camat dan lurah benar-benar memperhatikan program ini (Kampung Pintar, red) agar benar-benar berjalan baik dan sukses. Saya akan memantau langsung ke sepuluh wilayah Kampung Pintar,” kata pemimpin yang rela menggunakan uang pribadinya untuk membeli fukuda (motor pengangkut sampah) dan membagikannya kepada warga.
Development Fasilitator Kampung Pintar ini menghadirkan perwakilan Yayasan Bina Mandiri Surabaya yang memberikan testimony. Rencananya, Yayasan Bina Mandiri akan membeli sampah warga dan membantu kader lingkungan yang terlibat dalam program Kampung Pintar dalam hal mekanisme pengelolaan sampah. Yayasan ini juga akan menjalin koordinasi aktif dengan YPN, Fasilitator Kelurahan (Faskel) dan Pemerintah Kota Makassar agar program Kampung Pintar bisa berjalan sesuai mekanisme yang ada dan nantinya sampah-sampah warga benar-benar bisa dibeli dengan harga tinggi.
Sementara itu, Direktur Yayasan Peduli Negeri, Saharuddin Ridwan mengatakan, pihaknya akan melibatkan motivator untuk turun ke sepuluh wilayah Kampung Pintar setiap saat. “Kami punya motifator yang setiap saat akan memantau perkembangan program ini (Kampung Pintar, red),” kata Saharuddin Ridwan lalu menambahkan bahwa yang menjadi fokus awal dalam program ini adalah lingkungan khususnya pengelolaan bank sampah.
Ada lima aspek yang menjadi konsentrasi program Kampung Pintar. Namun sebagai langkah awal, kata Saharuddin Ridwan, bagaimana menjadikan warga bisa paham dan benar-benar mengelola bank sampahnya. “Kami berharap agar masyarakat tidak melihat sisi ekonominya dulu, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengelola bank sampah dengan baik misalnya saja memilah sampah basah dan kering dengan melibatkan warga setempat,” ujar Saharuddin Ridwan.
Pada acara yang juga dihadiri lurah dan camat dari wilayah Kampung Pintar ini, YPN sempat membagi-bagikan spanduk Kampung Pintar. Spanduk itu akan dipasang di sepuluh wilayah masing-masing Kelurahan Karang Anyar (RW 3), Ujungpandang Baru (RW 4), La’latang (RW 2), Tamamaung (RW 2), Kalukuang (RW 2), Lakkang (RW 2), Cambayya (RW 4), Pa’baeng-Baeng (RW 5), Bangkala (RW 8), dan Ballaraparang (RW 6). Menurut Saharuddin Ridwan, mulai pecan depan, pihaknya akan menyalurkan dana stimulan tahap pertama sebesar Rp. 3.000.000,- setiap wilayah. “Semua wilayah akan mendapat dana Rp.10.000.000,- namun dibagikan secara bertahap. Kami akan salurkan mulai pekan depan kepada wilayah yang sudah ada struktur kepengurusan dan program bank sampahnya,” katanya. (KP)
Development Kampung Pintar dan Testimony Pengusaha Sampah
SEPULUH kelurahan yang terpilih sebagai wilayah binaan program Kampung Pintar 2011 di Kota Makassar terus berbenah. Program yang baru pertama kali dilaksanakan di Kota Makassar ini, kini memasuki tahap pengembangan wilayah. Salah satu kegiatan penting yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah testimony dan development program yang menghadirkan perwakilan sepuluh wilayah Kampung Pintar, Jumat 8 Juli 2011. Sepuluh wilayah yang dimaksud adalah Kelurahan Karang Anyar (RW 3), Ujungpandang Baru (RW 4), La’latang (RW 2), Tamamaung (RW 2), Kalukuang (RW 2), Lakkang (RW 2), Cambayya (RW 4), Pa’baeng-Baeng (RW 5), Bangkala (RW 8), dan Ballaraparang (RW 6).
Acara testimony dan development ini menuangkan strategi pengelolaan dan pemasaran sampah yang efektif. Mengingat konsentrasi awal program Kampung Pintar di Kota Makassar difokuskan pada aspek lingkungan. Targetnya, diharapkan ada peningkatan pemerataan penghijauan dari standar awal serta adanya efektifitas bank sampah sebagai program reduksi sampah yang dijalankan warga di sepuluh wilayah binaan. Selain itu, terbentuknya koperasi bank sampah yang sistematis. Artinya, program koperasi ini dijalankan secara konsisten oleh anggotanya dan mampu menghasilkan keuntungan.
Selain lingkungan empat aspek lain yang menjadi perhatian program Kampung Pintar adalah aspek kesehatan, ekonomi, teknologi dan nutrisi. Dengan begitu, ke depan akan lahir kampung mandiri yang memiliki karakter dan potensi kearifan local yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas melalui pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
Kampung Pintar merupakan tindak lanjut program Green and Clean. Sebagaimana diketahui, Green and Clean yang telah bergulir di Kota Makassar selama 3 tahun, telah memberi dampak positif dalam pembentukan wilayah-wilayah dengan program lingkungan yang bagus. Seperti diantaranya, program penghijauan dan upaya masyarakat dalam menangani masalah sampah.
Acara ini akan dibuka oleh Wakil Walikota Makassar, Bapak Supomo Guntur. Perwakilan Yayasan Bina Mandiri Surabaya akan membawakan materi pengembangan usaha reduksi sampah. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Yayasan Unilever Indonesia (YUI), Yayasan Peduli Negeri (YPN) dan Pemerintah Kota Makassar. (KP)
Senin, 04 Juli 2011
Pa'baeng-Baeng Menuju Kampung Mandiri
AGAR taraf hidup bisa meningkat, masyarakat dituntut memiliki pola pikir yang maju dan siap beradaptasi dengan kemajuan zaman. Kemampuan menyesuaikan diri yang selaras dengan kondisi lingkungan sejatinya menjadi acuan untuk bertahan dan berkompetisi. Namun kemajuan berpikir itu bisa terwujud bila masyarakat fleksibel menerima hal-hal baru yang tentu saja berdampak positif bagi pengembangan diri dan lingkungannya. Adalah Yayasan Peduli Negeri (YPN) yang sukses menjalankan program peningkatan taraf kehidupan masyarakat. Setelah Green and Clean, kali ini YPN kembali menggenjot program Kampung Pintar.
Laporan : Firman Alimuddin (Motivator Kampung Pintar)
Hari belum terlalu siang. Saya memasuki wilayah RW 5 Kelurahan Pa’baeng-Baeng, Kota Makassar. Ada pemandangan lain yang saya lihat di sini. Pada sisi kanan dan kiri gang, tertata bebungaan di dalam pot. Sebagian pot-pot itu diletakkan di tanah dan sebagian lagi digantung di tembok pembatas gang. Kendati penataannya masih tampak sederhana, namun fakta ini memperlihatkan keseiusan masyarakat untuk menghijaukan lingkungannya –begitu gigih ‘menyulap’ pemukiman mereka agar hijau dan bersih.
Kenyataan ini tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat dalam program Green and Clean yang berjalan sejak tahun 2008 silam. Program yang dilaksanakan Yayasan Peduli Negeri (YPN) ini benar-benar bisa merubah wajah Kota Makassar. Hampir seluruh kelurahan di “Kota Daeng” yang sebelumnya tampak gersang dan jorok kini besih dan teduh. Ini adalah sebuah kenyataan yang ada di depan mata kita dimana pola pikir masyarakat sudah berubah dari fase apatis terhadap lingkungan menuju fase aktif terhadap penataan lingkungan. Tak heran, kini pemukiman warga seolah-olah disulap sehingga di mana-mana terlihat tanaman yang menghijau dan sejuk.
Tak berhenti sampai di situ, kini YPN kembali melaksanakan program Kampung Pintar. Sebuah program yang telorkan Yayasan Unilever Indonesia (YUI) dan lag-lagi mempercayakan YPN sebagai pelaksana program. Program yang baru pertama kali dilaksanakan di Makassar ini berorientasi pada pengembangan lima aspek kehidupan masyarakat yakni, lingkungan, kesehatan, ekonomi, nutrisi dan teknologi informasi.
Kelurahan Pa’baeng-Baeng adalah satu dari sepuluh wilayah Kampung Pintar di Makassar. Pa’baeng-Baeng (RW 5) terpilih sebagai wilayah Kampung Pintar setelah melalui proses seleksi yang ketat. Antara lain presentasi potensi wilayah dan peninjauan langsung oleh YUI, YPN dan dinas terkait.
Ketika penulis berkeliling di wilayah ini, mata saya tak henti-hentinya ‘menangkap’ pemandangan yang asri. Bunga-bunga di dalam pot menghiasi lorong-lorong setapak dan pada beberapa titik lainnya, toga atau tanaman obat keluarga tumbuh dengan subur. Beberapa bak sampah juga berdiri rapih.
Sejauh langkah saya mengelilingi RW 5, hampir tidak ada sampah yang berserakan kecuali sampah-sampah di bank sampah dan siap diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Menurut Hadra, fasilitator program Kampung Pintar Kelurahan Pa’baeng-Baeng, masyarakat di wilayahnya sangat mudah diajak bekerjasama. “Warga di sini terbuka dan kooperatif. Itulah yang menyebabkan lingkungan kami mudah ditata,” kata Hadra.
Warga RW 5 Kelurahan Pa’baeng-Baeng kini mengembangkan pupuk kompos cair. “Pembuatan pupuk kompos cair diharapkan bisa terus berjalan agar bisa menopang ekonomi warga di wilayah kami,” ujar Hadra lalu menambahkan bahwa tingkat ekonomi sebagian warga di wilayahnya memang memprihatinkan sehingga wajar bila ada beberapa rumah yang terlihat tidak layak huni. “Lihat saja kondisi rumah-rumah warga di sini, banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai tempat tinggal yang sehat. Karena ekonominya lemah, banyak juga anak-anak yang putus sekolah,” katanya.
Meski demikian, Hadra mengaku tetap optimis untuk menjalankan program Kampung Pintar tahun 2011. Sebagai fasilitator kelurahan, ia berjanji akan mengarahkan warga untuk terlibat dalam program yang terbilang baru di Kota Makassar ini. “Semoga dengan adanya program Kampung Pintar, kondisi lingkungan, pola pikir dan ekonomi masyarakat di wilayah kami bisa menjadi kampung mandiri,” kunci Hadra. (KP)
Langganan:
Postingan (Atom)