Senin, 04 Juli 2011

Sepuluh Kelurahan Optimis Sukseskan Kampung Pintar

Kampung Pintar - Kampung Pintar di Kota Makassar, sekarang ini, memasuki tahap penyusunan struktur kepengurusan bank sampah. Fasilitator di sepuluh kelurahan yang telah ditetapkan sebagai wilayah kampung pintar saat ini juga sedang melakukan penyusunan program terkait penguatan bank sampah yang merupakan fokus utama program ini. Agenda tersebut merupakan tindak-lanjut program setelah sepuluh fasilitator kelurahan tersebut mengikuti rapat pemantapan dan materi pengelolaan bank sampah yang semuanya digelar di kantor Yayasan Peduli Negeri (YPN), Selasa (26/06).

Sepuluh wilayah Kampung Pintar di Kota Makassar masing-masing Kelurahan Ballaparang, Tamamaung, Kalukuang, Cambaya, Karang Anyer, UIjungpandang Baru, Pa’baeng-Baeng, Bangkala, Lakkang, dan Kelurahan La’latang. Sepuluh kelurahan ini ditetapkan sebagai wilayah Kampung Pintar tahun 2011 setelah melalui proses seleksi yang sedemikian panjang, antara lain pemantauan di lapangan yang dilakukan motivator dan sejumlah perwakilan dinas yang terkait (lingkup Pemerintah Kota Makassar). Selain itu, sepuluh fasilitator tersebut telah menyerahkan proposal yang mengacu pada lima pilar program Kampung Pintar di Kota Makassar. Lima pilar yang dimaksud adalah pilar lingkungan, kesehatan, ekonomi, nutrisi dan pilar informasi dan teknologi.

Kendati demikian, berdasarkan mekanisme yang ditetapkan oleh Yayasan Unilever Indonesia melalui Nurul Ekawati bahwa konsentrasi program Kampung Pintar di Kota Makassar diawali pada penguatan pilar lingkungan. Dengan begitu, maka sepuluh wilayah Kampung Pintar yang telah ditetapkan kini berkonsentrasi pada pengelolaan bank sampah hingga penyusunan struktur kepengerusan bank sampah di wilayah mereka masing-masing. “Lima aspek yang menjadi sasaran program Kampung Pintar adalah lingkungan, kesehatan, nutrisi, ekonomi dan pilar informasi dan teknologi, namun sebagai langkah awal program ini kita berfokus pada hal-hal yang berkaitan penguatan bank sampah yang menjadi bagian dari pilar lingkungan,” kata Nurul Ekawati di kantor YPN, beberapa waktu lalu.

Sebenarnya, sepuluh wilayah Kampung Pintar di Kota Makassar telah mengusulkan beragam program yang korelasinya terkait potensi dan kondisi lingkungan mereka. Berdasarkan pantauan dan wawancara di lapangan yang dilakukan oleh motivator Kampung Pintar, fasilitator tersebut menyebutkan bermacam-macam mekanisme pengelolaan bank sampah. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi wilayah mereka yang juga berbeda-beda. Seperti di Kelurahan Ballaparang. Menurut fasilitatornya, Pattagiling, pihaknya sudah melakukan pengelolaan bank sampah, namun pengelolaannya belum dimanage dengan baik. “Di wilayah kami, sudah ada beberapa pemulung yang menjemput sampah di rumah-rumah warga. Mereka diberi upah dan selanjutnya sampah tersebut dipilah sendiri lalu dijual,” ujar Pattagiling.

Menurut Pattagiling, bila program penguatan bank sampah sebagaimana yang ada dalam mekanisme program Kampung sudah dijalankan, maka pihaknya akan mengkoordinir langsung para pemulung tersebut dan merekrut mereka sebagai anggota dalam kepengurusan bank sampah Kampung Pintar. “Jadi selama ini kami melarang fukuda (motor pengangkut sampah-red) masuk ke wilayah kami. Dan nanti kami tidak kesulitan karena pemulung itu dalam pengawasan kami dan mereka menjadikan sampah-sampah itu sebagai piring (mata pencaharian-red). Namun bila nanti Kampung Pintar ini berjalan, maka mereka akan kami jadikan sebagai bagian dari program ini,” papar Pattagiling, “saya bersedia menjadikan rumah saya sebagai sekretariat bank sampah untuk program Kampung Pintar.”

Berbeda dengan Kelurahan Ballaparang, sampah di RW 1 Kelurahan Ujungpandang Baru, selama ini, dijemput oleh tukang sampah dari wilayah lain. Setiap kepala keluarga membayar Rp.10.000,- setiap bulan. “Kami maunya agar ada sosialisasi kepada warga agar memilah sendiri sampah mereka artinya sampah kering dipisahkan dengan sampah basah. Sampah kering itu disimpan di bank sampah dan sampah basah dijemput pemulung. Masalahnya apakah pemulung ini tidak keberatan bila kita yang mengambil sampah kering tersebut karena selama ini sampah-sampah itulah yang dijadikan mata pencaharian,” ujar Sherli, fasilitator Kampung Pintar Kelurahan Ujungpandang Baru, “jangan sampai ada kesan kita mematikan penghidupan mereka.”

Di Kelurahan Cambaya, sampah warga setempat dijemput oleh petugas pengangkut sampah dan dibawa langsung ke Tempat Pembuangan Sementara (TPA). Warga membayar iuran sampah sebesar Rp.3000,- setiap bulan. Sebetulnya warga di kelurahan ini berorientasi pada kebersihan lingkungan saja. Namun mereka menyambut positif program Kampung Pintar dan sangat antusias mendirikan bank sampah. “Kami sangat respek dengan program Kampung Pintar ini karena ternyata bank sampah bisa memiliki nilai jual. Kami berusaha mendirikan bank sampah dan mencari tempat yang strategis untuk mendukung program ini,” kata Hasriani.

Senada dengan Hasriani, fasilitator Kelurahan Pa’baeng-baeng, Hadrah mengatakan pihaknya akan mencari tempat untuk dijadikan sekretariat sampah sampah. Namun bila tidak ada tempat yang lain, maka dia bersedia menjadikan rumahnya sebagai sekretariat bank sampah untuk program Kampung Pintar. “Di wilayah kami sampah langsung dijemput petugas dari dinas kebersihan dan tidak dipungut biaya,” terang Hadrah lalu menambahkan bahwa di wilayahnya, kader lingkungan sudah membuat tas dan sandal dari sampah.

Sementara itu, di kelurahan Lakkang, warga mengubur dan membakar sampah. Kelurahan ini terletak di wilayah kepulauan sehingga tidak ada petugas dari dinas kebersihan menjemput sampah. Namun warga sudah pandai mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang. “Kami sangat merespon penguatan bank sampah namun tidak ada pemulung dan pengepul yang siap membeli sampah. Kami kesulitan memang dalam hal penjemputan sampah, karena itu kami membutuhkan pelatihan terkait pengelolaan bank sampah dan pembentukan koperasi bank sampah,” kata Kalsum, fasilitator Kampung Pintar Kelurahan Lakkang.

Di Kelurahan La’latang, pengelolaan bank sampah sudah berjalan dengan baik. Pemilihan sampah kering dan sampah basah di wilayah ini praktis sudah dilakukan warga. Hanya saja mereka terkendala pada tempat yang akan dijadikan sebagai sekretariat bank sampah. “Kami akan berusaha mencari tempat dan akan insyaAllah kami akan menjalankan program ini dengan baik,” ujar Wahab, fasilitator Kampung Pintar, Kelurahan Lakkang.

Sekedar diketahui, Kelurahan La’latang merupakan juara satu Makassar Green and Clean tahun 2010. Berdasarkan pantuan fasilitator, wilayah ini tampak asri, hijau dan indah bila dibanding wilayah-wilayah lainnya. Kelurahan La’latang memang dihuni oleh warga yang umumnya sadar lingkungan sehingga wilayah ini tampak bersih sekali.

Di Kelurahan Tamamaung, daur ulang sampah di wilayah ini sudah berjalan baik. Bahkan di sini, sudah ada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang khusus mengelola sampah menjadi kerajinan-kerajinan tangan seperti bossara, tas, hiasan dinding dan semacamnya. Menurut Asikin, fasilitator Kampung Pintar di wilayah ini, pihaknya akan melakukan pemilahan sampah kering dan sampah basah. “Kami akan membentuk struktur kepengurusan bank sampah dan membeli karung khusus untuk menampung sampah-sampah warga,” ujar Asikin.

Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian wilayah di Kota Makassar menjadi pusat daur ulang sampah. Sampah-sampah diolah dan mereka jual kembali sehingga bisa menghasilkan uang. Hal menjadi bukti kreatifitas warga Makassar yang menggema sejak program Green and Clean berjalan di Kota Makassar. Seperti di Kelurahan Karang Anyer. Melalui fasilitatornya Ahmad Sese yang sekaligus menjadi icon daur ulang sampah di Kota Makassar terus bergiat di bidang daur ulang sampah. Ia juga menyambut positif program Kampung Pintar dan akan membuat sekretariat bank sampah.

Di Kelurahan Bangkala, daur ulang sudah berjalan baik. Sejauh ini, warga sudah lihai memilah sampah kering dan sampah basah. Namun yang mereka pilah adalah sampah yang akan didaur ulang. Sementara sampah lainnya dibuang untuk diangkut ke TPS. Meski demikian, warga di wilayah ini merespon program Kampung Pintar dengan dan akan menjalankan penguatan sampah sesuai petunjuk kegiatan yang ditetapkan oleh YPN dan YUI.

Di Kelurahan Kalukuang, berdasarkan pantauan motivator Kampung Pintar, wilayah ini tampak asri dan teduh. Program Green and Clean yang dilaksanakan sejak tahun 2008 berhasil merubah wajah wilayah ini menjadi lebih hijau dibanding sebelumnya. Sekarang ini, sampah-sampah dari rumah warga langsung dibuang di konteiner dan selanjutnya petugas dari dinas kebersihan mengambil sampah tersebut dan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kalukuang siap mensukseskan program Kampung Pintar 2011 di Makassar. (Ebi/KP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar